Kamis, 23 Oktober 2008

Promosi Musik di Internet

Berbahagialah siapapun yang menjadi musisi atau anak band di era digital sekarang ini. Pesatnya perkembangan teknologi informasi menjanjikan kemudahan, kemurahan dan kecepatan dalam memasarkan dan mempromosikan musik yang ternyata hanya cukup dikontrol oleh piranti mouse

yang berada dalam genggaman kita sendiri.

Bayangkan hanya sepuluh tahun lalu sangat sulit sekali untuk mempromosikan musik jika kita adalah musisi amatir atau katakanlah independen. Jaman dulu semua artis atau band masih sangat tergantung dengan major label, stasiun televisi, radio, suratkabar dan majalah besar jika ingin mempopulerkan musik ke pentas nasional. Label-label rekaman itu pun mesti menghamburkan budget pemasaran album yang fantastis untuk mendukung promosi di berbagai media.

Mengadu nasib di berbagai kompetisi band, kontes vokal atau ajang mencipta lagu bagai sebuah kewajiban di masa lalu untuk meraih tiket menuju popularitas atau mendapat kontrak rekaman. Bahkan sebuah band yang bisa begitu idealis musiknya di atas panggung ketika merilis album rekaman malah menjadi sangat "komersial" alias mendayu-dayu Melayu demi meningkatkan popularitas.

Kini seiring dengan perkembangan teknologi, ketergantungan artis terhadap "otoritas" industri musik konvensional semakin berkurang dengan hadirnya internet. Beragam situs social networking seperti Friendster, MySpace, Facebook, Multiply hingga AmpChannelV telah menjadi promotional tools yang sangat membantu artis-artis pendatang baru dalam mengantarkan musik mereka kepada calon penggemar.

Jika diluar negeri kita sudah sering mendengar band-band yang mengawali kesuksesan karir global mereka dari internet seperti Arctic Monkeys, Panic! At the Disco, Lily Allen maka kondisi yang sama belakangan juga tengah terjadi di Indonesia. Jika tidak ada teknologi internet hampir mustahil band-band indie kita bisa menembus pentas internasional.

Mungkin White Shoes & The Couples Company tidak akan pernah manggung di SXSW Festival di Texas dan mengedarkan album mereka di Amerika Serikat, Kanada, Jepang dan Australia. Mocca tidak akan dikontrak oleh indie label Jepang dan menggelar show di sana atau negara-negara Asia Tenggara lainnya. The S.I.G.I.T. juga tidak mungkin menggelar tur sebulan penuh keliling Australia untuk mempromosikan album mereka disana. Dan masih banyak lagi cerita kesuksesan dari artis-artis dalam negeri lain yang dapat merilis album atau manggung di luar negeri tentunya. Semua itu terjadi karena jasa internet!

Jika artis-artis bernama besar kita banyak mengumbar retorika go international di berbagai infotainment (bahkan gagal go international pun diberitakan) maka band-band di atas tadi tanpa adanya publikasi justru telah berhasil merealisasikannya. Memang bukan sukses fenomenal menjual jutaan keping album seperti dicetak Anggun di Prancis namun setidaknya album-album mere-ka telah diedarkan di luar negeri. Dan sekali lagi semuanya berkat teknologi internet!

Kisah sukses mempromosikan musik via internet ini ternyata tidak hanya terdengar sampai ke luar negeri namun juga di dalam negeri sendiri. Pernahkah Anda mendengar sebuah band bernama Pee Wee Gaskins? Saya rasa tidak banyak yang tahu atau menganggap penting pula eksistensi band ini di tengah hiruk pikuk industri musik nasional belakang-an ini.

Band asal Jakarta yang baru dibentuk awal 2007 dan memainkan musik melodic punk electronica ala The Get Up Kids ini awal April silam telah merilis mini album debut mereka di sebuah café yang terletak di Pondok Indah Mal 2.

Tanpa dukungan promosi dari stasiun radio atau televisi, Pee Wee Gaskins berhasil mendatangkan lebih dari 1000 orang fans ke pesta rilis album mereka yang bertitel Stories of Our High School Years hanya dengan memaksimalkan penggunaan website jaringan sosial seperti Friendster dan MySpace (www.myspace.com/peskins).

Kabarnya karena kapasitas venue yang terbatas dan menghindari terulang-nya tragedi konser maut di Bandung pihak venue akhirnya hanya mengizin-kan sebagian dari penonton yang hadir untuk masuk ke dalam venue.

"Padahal minus beberapa hari sebelum hari-H pemerintah sempat memblokir akses ke MySpace, sempat pusing juga kami untuk mempromosikan acara launching ini," ujar Dochi, gitaris/vokalis sekaligus leader Pee Wee Gaskins.

Selain itu, hebatnya lagi, hanya dalam waktu 4 jam saja acara berlangsung mereka berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp 11 juta dari hasil penjualan CD dan merchandise Pee Wee Gaskins yang berbentuk topi, T-shirt, bandana, hoodie hingga stiker. Bahkan pasca pesta rilis album tersebut merchandise mereka terus diburu oleh fans yang kebanyakan masih duduk di bangku SMP dan SMA.

Links :http://www.rollingstone.co.id/?modul=detail&catID=39&key=390

Hak Cipta

Pada pembahasan-pembahasan terdahulu sudah mengangkat topik pendaftaran nama band ke Ditjen HKI dan hak mengumumkan/menampilkan (performing right) yang termasuk perlindungan terhadap hak cipta musisi atas karya musik, lagu, lirik, sampul album dan sebagainya.

Sebagai penyegar ingatan mari kita menelaah kembali definisi hak cipta se-perti termaktub dalam UU Hak Cipta No 19/2002. Dijabarkan di sana bahwa hak cipta adalah "Hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk meng-umumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku."

Dalam industri rekaman, hak eksklusif jika diaplikasikan dalam kerjasama bisnis antara artis dengan label rekaman berfungsi untuk melindungi kepen-tingan sang artis karena dengan begitu label rekaman harus mendapatkan izin terlebih dahulu jika ingin memperba-nyak, mendistribusikan atau menjualbelikan karya musik dari sang artis.

Perlindungan hak cipta atas lagu dan musik ini menurut undang-undang, "berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia."

Selanjutnya kita juga akan membahas hak-hak lainnya yang dimiliki pencipta lagu/komposer/musisi, di antaranya hak mekanikal (mechanical rights), hak sinkronisasi (synchronization right), hak cetak (print right), hak transkripsi elektrikal (electrical transcription right) dan hak grand (grand right).

Selain itu nanti akan dijelaskan pula perbedaan mendasar antara hak meka-nikal yang biasanya dipegang pencipta lagu dengan hak penggunaan master rekaman (master use right) yang umumnya dimiliki oleh label rekaman.

Sebagai musisi yang produktif menciptakan musik/lagu pemahaman terhadap hak cipta akan sangat berguna dalam melindungi hak dan kepentingan pencipta. Untungnya hal tersebut telah diatur di negara kita dalam sebuah pe-rangkat Undang-Undang Hak Cipta yang otomatis akan mengikat secara hukum dalam pelaksanaannya.

Industri rekaman Indonesia sendiri sempat mencetak "sejarah hitam" dalam upaya penegakan hak cipta di tingkat dunia. Sejak tahun 1958 hingga 1988 hampir semua album musik (kaset) dari artis-artis internasional yang diedarkan label-label rekaman lokal di Indonesia merupakan produk ilegal (bajakan). Ini karena label-label tersebut tidak pernah mendapatkan izin/lisensi dan tidak membayar royalti kepada pemilik master rekaman suara atas beredarnya album-album tersebut.

Link : http://www.rollingstone.co.id/?modul=detail&catID=39&key=351

Kamis, 16 Oktober 2008

Fachri Berusaha Lepas Dari Bayangan Ahmad Albar

Fachri Albar kini makin tekun dengan band rocknya. Bukannya ingin mengikuti sukses karir Ahmad Albar, Fachri mengaku ingin lepas dari bayangan sang ayah.

Hal tersebut diungkap Fachri ketika ditanya tentang perkembangan karirnya bermusik. Saat ini Fachri bersama bandnya, Jibriel, tengah mempersiapkan banyak hal untuk masa depan mereka.

"Kita berusaha sekuat mungkin lepas dari bayang-banyang mereka. Bokap paling cuma mendoakan. Sukses ya," ujar Fachri ditemui di Studio Odesa, Darmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2008) malam.

Bersama Jibriel, bintang film 'Alexandria' itu mengaku menemukan dunia yang baru. Apalagi teman-teman bandnya sudah cukup ia kenal sejak di bangku SMP. Tidakkah Ahmad Albar turut membantu?

"Papa nggak pernah ikut campur. Bokap cuma ngarahin aja," jelasnya santai.

Jibriel kini telah sibuk mempersiapkan pertunjukan mereka untuk konser Avenged Sevenfold pada 22 Oktober mendatang di Tennis Indoor Senayan, Jakarta. Jibriel telah didapuk sebagai band pembuka untuk konser kedua Avenged Sevenfold tersebut di Jakarta.
(yla/yla)
from : http://music.detikhot.com/read/2008/10/16/115718/1020981/228/

Bon Jovi Keberatan Lagunya Digunakan John McCain

Rocker dan pendukung Capres AS dari Partai Demokrat, Jon Bon Jovi, Rabu (16/10) waktu setempat, menjadi musisi terakhir yang mengeluhkan kampanye Capres John McCain dari Partai Republik, karena telah menggunakan lagu-lagu mereka tanpa ijin.

Bon Jovi, yang menggelar jamuan santap malam bagi penggalangan dana untuk Barack Obama di rumahnya, di New Jersey, dengan tiket US$30.000 per orang pada September lalu, menyatakan dirinya merasa terkejut mendengar lagu bandnya, Who Says You Can't Go Home, telah digunakan dalam berbagai rapat umum kampanye yang diselenggarakan Cawapres kubu Republik, Sarah Palin, pekan ini.

"Kami menulis lagu ini sebagai ucapan terima kasih kepada mereka yang telah mendukung kami pada 25 tahun lalu. Lagu tersebut sejak itu telah menjadi semboyan bagi negara bagian asal kami, New Jersey, dan lagu tema bagi kemitraan kami di seluruh negeri ini untuk membangun rumah-rumah dan membangun kembali berbagai komunitas."

"Sekalipun kami tidak diminta, kami tidak setuju penggunaan kata 'Home' oleh mereka," kata Bon Jovi, dalam pernyataannya kepada situs internet TMZ.com, seperti diberitakan Reuters.

Sebelumnya kelompok rock Heart melayangkan sepucuk surat pada September lalu yang meminta kubu Republik agar tak menggunakan lagu Barracuda. Lagu tersebut menjadi lagu tema awal tak resmi Palin, yang merujuk pada nama panggilan 'Sarah Barracuda' yang diperoleh Gubernur Alaska itu semasa menjadi atlet bola basket di sekolahnya semasa masih SMA.

Palin menempuh pendidikan SMA pada Wasilla High School di Wasilla, 71 km utara Anchorage. Dia adalah point guard dan kapten tim bola basket sekolahnya dan memperoleh julukan 'Sarah Barracuda' berkat permainannya yang penuh semangat.

Pada Agustus lalu, rocker Jackson Brown menggugat McCain, Komite Nasional Republik dan Partai Republik Cabang Ohio, dengan menuduh mereka menggunakan lagu hitnya pada 1977, Running on Empty, dalam iklan kampanye tanpa ijin.

Stevie Wonder, Kanye West, Sheryl Crow dan para musisi lainnya bulan lalu merilis sebuah album berisi lagu-lagu yang telah digunakan dalam berbagai rapat umum kampanye Obama.

Bertajuk Yes We Can: Voices of a Grassroots Movement (Ya Kita Bisa : Suara Gerakan Akar Rumput), album itu dijual untuk menghimpun dan bagi kubu Demokrat sebelum pemilihan presiden pada 4 November (kpl/dar)

from ; http://www.kapanlagi.com/h/0000256524.html

Rabu, 08 Oktober 2008


Los Angeles - Travis Barker kini sudah pulih dan muncul di depan publik. Ia mengaku sangat bersyukur dapat selamat dari kecelakaan pesawat pribadi yang menewaskan 4 orang itu.

"Sangat bersyukur saya bisa hidup!," ujar Travis dikutip detikhot dari Aceshowbiz, Kamis (9/10/2008).

Akibat kecelakaan tersebut mantan drummer band Blink 182 itu mengalami luka bakar tingkat 3. Namun ia mengaku berusaha melakukan yang terbaik untuk mencapai kesembuhannya. Pasca kecelakaan yang terjadi 19 September lalu, Travis dan sahabatnya DJ AM menjalani perawatan intensif di Doktor Hospital, Augusta selama 10 hari.

Awalnya Travis tak mau bicara banyak namun setelah dipancing, pria beranak dua itu akhirnya buka mulut. Mengalami kecelakaan pesawat diakui Travis selalu jadi ketakutan terbesarnya.

"Saya benci pesawat. Ketakutan terbesar saya adalah terlibat dalam kecelakaan pesawat, jadi ketika itu terjadi.. ya saya hanya bersyukur masih hidup! Saya berterimakasih masih bisa berada di sini," jelas Travis.

Pasca pengobatannya di California selesai, Travis pun ogah lagi naik pesawat. Ia pulang menuju Los Angeles bersama keluarganya dengan mengendarai bis. Travis kemudian mendapat perawatan di rumah.

"Saya berusaha untuk sembuh dengan cepat dan bermain drum lagi dan bisa memeluk anak-anak saya lagi," jelas Travis yang telah dikaruniai 2 anak, Landon Asher Barker dan Alabama Luella Barker dari sang istri tercinta, Shanna Moakler.
(yla/yla)